Photobucket

Monday, July 16, 2007

Sesempurna yang Tak Terkira oleh Manusia

Kenapa manusia begitu keras? Kenapa manusia tidak acuh, bahkan congkak! Padahal mereka memiliki predikat luar biasa sempurna di antara ciptaan-ciptaan Sang Khaliq. Mereka diciptakan lengkap dengan berbagai potensi yang sangat sayang apabila ini disia-siakan begitu saja. Akal, kebutuhan, dan naluri merupakan potensi yang dimiliki manusia yang sungguh agung. Karena keagungannya itu, maka potensi-potensi tersebut harus dikelola secara adil dan arif. Tentu saja jika keidealan tercapai, maka predikat sempurna adalah sebuah kesempurnaan yang memang sempurna sebagaimana sempurnanya manusia di antara ciptaan-ciptaan yang lain. Bahkan, predikat kesempurnaan manusia sebagaimana mereka seorang ”manusia”, bukan hal yang perlu dipertanyakan lagi.

Mungkin pendapat yang mengungkapkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna adalah pendapat yang bisa membantah pernyataan saya. Namun, jika kita berpikir lebih dalam lagi tentang hakikat penciptaan manusia itu sendiri, maka titik maksimal yang dapat dicapai oleh seorang manusia adalah kesempurnaan yang patut dikatakan ”sempurna” karena manusia diadakan ke belahan bumi tertentu oleh Maha Pencipta, beserta paket kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Hal inilah yang membuat saya berpikir dan bertanya, apakah hakikat kesempurnaan yang dipredikatkan Allah swt kepada manusia yang dikatakan mempunyai sederetan kelebihan dibanding makhluk-makhluk-Nya yang lain.

Kemudian apa kaitannya dengan sifat keras, tidak acuh, dan congkak yang saya maksudkan di awal tadi. Sifat-sifat tersebut akan muncul ketika seluruh potensi manusia tidak dikelola secara adil dan arif. Semua potensi tersebut pun tidak akan adil dan arif ketika manusia tidak punya pedoman dalam pengelolaannya sebagaimana sebuah mesin yang akan rusak dan tidak awet ketika kita tidak merujuk, bahkan menyalahi pedoman/panduan dalam penggunaannya. Manusia pun punya pegangan (baca: panduan) untuk menangani penyalahkelolaan dari setiap potensi yang menyatu dalam dirinya pada saat teraktualisasi. Ya, ternyata kesempurnaan itu akan sempurna jika manusia menyempurnakannya dengan panduan yang dapat mengelola setiap potensi yang dimiliki manusia. Tentunya, panduan (baca: kitab) yang harus diikuti adalah panduan yang sempurna yang telah ”dijamin” kesempurnaannya oleh Yang Mahasempurna, Dzat yang mengadakan kesempurnaan itu sendiri. Wallahu a’lam



No comments: