Photobucket

Saturday, July 7, 2007

eL-Oemar ...

Umar bin Al-Khaththab ra.

Dalam sebuah riwayat dituturkan,
”Nabi saw telah berdoa kepada Allah swt, Ya Allah kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, dengan ‘Umar bin Khaththab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam.”[HR Tirmidziy, dari Ibnu Umar. Shahih]
Inilah doa Rasulullah saw ketika beliau sangat menginginkan salah seorang dari dua umar tersebut bisa masuk Islam. Ketika itu, keduanya masih dalam kondisi kafir. Mereka juga memiliki kesamaan karakter, bersikap sangat keras terhadap siapa saja yang dimusuhinya. Hingga akhirnya, Allah swt mengabulkan doa Rasulullah saw dengan menjadikan Umar bin Khaththab sebagai seorang Muslim. Bahkan lebih dari itu, Umar ra. menjadi pengikut Muhammad yang setia membela dan memperkokoh risalah Islam seraya tetap memiliki sifat kerasnya, yang sangat keras terhadap musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya, musuh-musuh Islam, namun sangat terlihat lembut kepada kaum Muslimin, bahkan lebih lembut daripada perlakuan mereka kepada Umar sendiri. Sebagaimana yang dikatakannya,
"Kekerasanku hanya berlaku bagi mereka yg menyimpang dari aturanku. Dan bagi mereka yg bersama ALLAH maka kelembutanku melebihi dari pada saudaraku sendiri" [Umar bin Khaththab ra.]
Beliau ra. kelak akan meneruskan kepemimpinan Islam yang tetap dalam naungan Daulah Khilafah setelah kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq.
Sama halnya dengan Amirul Mu’minin sebelum dan sesudahnya, Umar ra. melakukan penaklukan-penaklukan dalam rangka memperluas dan memuliakan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin. Negara adidaya sekelas Persia dan Romawi ditaklukkan olehnya. Sebagai Amirul Mu’minin, beliau juga bertindak sebagai panglima perang. Beliau adalah seorang negarawan besar di masanya sekaligus seorang mujtahid. Sabda Rasulullah saw,
“Allah telah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar.” [Hadits Syarif]
Iya. Dialah, Umar bin Khaththab, seorang penguasa separuh belahan dunia (Byzantine/Romawi dan Persia) yang rela memanggul makanan ke rumah seorang ibu renta dan miskin umtuk memastikan bahwa kebutuhan mereka tercukupi. Dialah Umar bin Khaththab, yang telah memerintahkan seluruh gubernurnya agar makan roti kering bersamanya sementara melarang mereka memakan daging jatah rakyatnya. Dialah, Umar bin Khaththab, yang begitu takutnya menyandang gelar Amirul Mukminin (baca: pemimpin) sehingga ia rela hidup secukupnya agar menjadi contoh para gubernurnya agar tidak menjadi pemimpin yang hidup berkemewahan.
Dalam riwayat disebutkan, Menurut Al-Badri (1990), Ad Damsyiqy menceritakan suatu kisah dari Al Wadliyah bin atha’, yang mengatakan bahwa ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak (baca: TK) di Madinah, Khalifah Umar Ibnu Al Khaththab memberi gaji sebesar 15 dinar setiap bulan (satu dinar = 4,25 gram emas). Ini dalam rangka kepeduliannya terhadap aktivitas pendidikan di kala itu dan menjadi bukti bahwa negara bertanggung jawab dan memegang peranan penting atas pelaksanaan pendidikan.
Khalifah Umar ra., pemimpin negara Khilafah yang luas wilayahnya meliputi Jazirah Arab, Persia, Irak, Syam (sekarang : Syria, Yordania, Lebanon, Israel, dan Palestina), serta Mesir, pernah berkata:
“Andaikan ada seekor hewan di Irak kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah akan meminta pertanggungjawabanku kenapa tidak mempersiapkan jalan tersebut (menjadi jalan yang rata dan bagus).”
Sungguh dia adalah pemimpin yang bertakwa dan senantiasa menyadari bahwa Allah SWT senantiasa memonitornya (muraqabah) dalam menjalankan kepemimpinannya, sehingga dengan demikian dia akan menjauhkan diri dari sikap sewenang-wenang (zalim) kepada rakyat maupun sikap abai terhadap urusan-urusan rakyat.
Kisah masyhur dari Khalifah Umar bin Khaththab ra. yang senantiasa menginspeksi rakyatnya, apakah masih ada rakyatnya yang tidak bisa makan pada hari itu. Rasulullah saw bersabda :
“Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya.” [HR al-Bukhari dan Muslim].
Bahkan, beliau tidak pandang bulu. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menyita sendiri seekor unta gemuk milik putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan di padang rumput milik Baitul Mal. Ini dinilai Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.
Kerisauan Umar ra. yang takut kelak akan dihadapkan pada pengadilan Allah, kemudian beliau risau kalau ditanya tentang rakyatnya. Kata beliau, demi Allah kalau benar aku telah berbuat adil terhadap mereka, aku tetap khawatir akan diri ini. Aku khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan Allah. Dan risau kalau ada rakyat yang terzalimi olehku, sedangkan aku tidak menyadarinya.
Umar bin Khaththab terkenal tegas dan kukuh dalam berpegang kepada kebenaran. Namun, dalam hal kematian beliau pun senantiasa teringat padanya. Beliau menangis saat mendengarkan ayat-ayat atau peringatan tentang akhirat. Bahkan cincin yang dikenakannya bertuliskan "Kematian itu sudah cukup sebagai peringatan, wahai Umar!" Demi menumbuhkan keberanian rakyat mengoreksi aparat, Khalifah Umar bin al-Khaththab di awal pemerintahannya pernah menyatakan,
“Jika kalian melihatku menyimpang dari jalan Islam maka luruskan aku walaupun dengan pedang.”
Yang menjadi pertanyaan kita, apakah para pemimpin kita telah melakukan apa yang telah dicontohkan oleh Khalifah Umar ra?

Umar bin Abdul Aziz ra.

Ketika itu, dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah. Tersebutlah dalam sejarah, Khalifah ke-8 Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul Aziz (memerintah 717-720 M) sebagai salah seorang Amirul Mu’minin yang menggoreskan tinta emas dalam bingkai sejarah kejayaan kekhalifahan di masanya. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang menjadi teladan atas kepemimpinannya serta dalam menjaga kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
Beliau juga dikenal teladan dalam mengatur pemerintahan dan mengatur aparat-aparatnya. Termasuk dalam memberantas korupsi. Dalam riwayat, suatu ketika, demi menjaga agar tidak mencium bau secara tidak hak, Khalifah Umar bin Abdul Azis sampai menutup hidungnya saat membagi minyak wangi kepada rakyatnya. Maka, dengan teladan pemimpin, pemberantasan tindak korupsi jadi mudah. Mereka juga akan lebih siap memilih orang-orang bersih untuk menjadi polisi, jaksa, atau hakim, karena tak takut akan terseret sendiri. Umar berupaya untuk membersihkan baitul mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Umar membuat perhitungan dengan para Amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping itu, Umar sendiri mengembalikan milik pribadinya sendiri, yang waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke baitul mal. Harta tersebut diperoleh dan warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan.
Masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru, dan membangun masjid-masjid. Dia juga mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar sehingga kemiskinan tidak ada lagi pada zamannya. Pada masa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah. Berkat ketakwaan dan kesalihannya, dia dianggap sebagai Khulafaur Rasyidin yang ke-5.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. menyatakan bahwa sesungguhnya berdiam diri (membisu) terhadap kemungkaran dan pelakunya adalah termasuk kemungkaran itu sendiri yang berhak mendapat sanksi di dunia. Sanksi di sini adalah ta‘zîr yang diserahkan sepenuhnya kepada Imam/Khalifah atau seorang qâdhi. Diriwayatkan, polisi Umar bin Abdul Aziz pernah datang pada sekelompok orang yang sedang meminum khamr, sementara di sana juga ada seorang Muslim yang duduk bersama mereka, tetapi dia tidak ikut-ikutan karena sedang berpuasa. Saat itu, polisi diperintahkan untuk mencambuk semua orang yang ada di sana. Namun, sang polisi bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, si fulan ini tidak ikut minum bersama mereka; dia sedang berpuasa.” Umar bin Abdul Aziz tegas berkata, “Hadirkan dia dan cambuklah!” (Al-Qaradhawi, Al-Halal wa al-Harâm, hlm. 73).
Umar melakukan hal demikian karena beliau memandang sikap berdiam diri atas kemungkaran sebagai sebuah tindakan kriminal.
Diceritakan pula bahwa Khalifah Umar bin Abdul 'Aziz setiap malam mengumpulkan para fiqaha. Mereka saling mengingatkan tentang kematian, hari kiamat, dan akhirat. Mereka pun menangis seakan akan menghadapi kematian.
Prestasi-prestasi yang pernah diukir oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz di antaranya:
Tidak ada kemiskinan di Negara Islam, tiada yang layak untuk menerima zakat yang kemudian dana dari zakat tersebut digunakan untuk membebaskan para budak di Eropa.
Itulah riwayat kedua Umar, semoga mereka mendapat jaminan surga atas semua jasa dan pengorbanannya dalam memuliakan umat ini. Wallahua’lam.

17:27, 07072007 (eh, tidak ada hubungannya dengan deretan angka 7 lho!)
hari yang indah untuk berdiam diri seharian di rumah untuk merefleksikan untaian sejarah kejayaan Islam yang pernah terukir dengan tinta emas dalam bingkai kegemilangannya yang mungkin sudah tidak lagi diminati oleh anak muda zaman sekarang.

No comments: